1.
Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata dasar derita.
Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap
kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggun. Jadi dapat diartikan
penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan
dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara
lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komkosisi yang mengalami
kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan,
atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri
keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula kondisi alam yang ekstrem,
seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat
kedinginan.
Ada pula penderitaan yang secara lahiriah
seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa
karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang
diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan
pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain
penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat
kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya
mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulus ujian
menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari
yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh
menentukan intensitas penderitaan. Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu
permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam
apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat
urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian
terjadi penderitaan.
Penderitaan merupakan realita kehidupan manusia
di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap menghadapi
tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang menghadapi
cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian.
Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan
kebahagian yang lalu maupun yang akan datang.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia
dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat
penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan.
Sehingga penderitaan merupakan hal yang bermanfaat
apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun
orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak
melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmak dan pelajaran yang
didapat dari penderitaan yang dialami.
2.
Contoh Penderitaan
Manusia
a. Tokoh filsafat
ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang
sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan.
Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah
mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan
ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya,
selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai
kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard
muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri
(kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita
yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya,
bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan
dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
b. Penderitaan Nietzsche
(1844-1900), seorang filsuf Prusia, penderitaannya dimulai sejak kecil, ia sering
sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini
menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian
sehingga ia menjadi filsuf besar.
c.
Filsuf Rusia yang
bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan.
Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita
dan mengalami ketidakadilan.
d. Filsuf Sartre
(1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah,
sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah
yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
3.
Hubungan Manusia dengan
Penderitaan
Penderitaan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Pengarunh yang dialami dapat berupa pengaruh positif, dapat pula pengaruh
negative. Kembali, peran individu menentukan pengaruh macam apa yang dialami
suatu individu, pengaruh yang paling sering terjadi atau dialami oleh
individu-individu yang menderita adalah perubahan sikap atau munculnya
sikap-sikap tertentu. Secara positif, sikap-sikap ini bisa berupa optimism dan
doktrin diri yang membuat suatu individu berkeyakinan bahwa hidup bukanlah
rangkaianpenderitaan, melainkan suatu perjuangan untuk lepas dari penderitaan.
Sebaliknya, secara negative sikap-sikap ini dapat berupa keputusasaan,
kekecewaan, dan penyesalan hidup yang dapat menimbulkan perasaan ingin meakhiri
hidup.
Penderitaan muncul tidak dengan cara tiba-tiba
tanpa alasan. Hal ini karena penderitaan timbul karena beberapa penyebab,
contohnya, perbuatan buruk manusia dan siksaan, penyakit atau azab Tuhan.
Namun, hal ini bisa dimunumalkan dengan cara menjadi individu yang baik dan
memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia atau kepada Tuhan.
Jadi, penderitaan adalah sesuatu yang tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia dan merupakan realitas hidup yang dapat memberikan
pengaruh kepada yang mengalaminya, baik secara positif maupun negative,
tergantung dari peran perindividu dalam memandang suatu penderitaan itu
sendiri.