I.
Ulasan mengenai
beberapa pendekatan dalam psikoterapi
a.
Pendekatan
psikoanalisa di dalam psikoterapi
Psikoanalisis
adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud
dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian dan perilaku neurotik. Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah
perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya
tersembunyi di pikiran bawah sadar. Dorongan-dorongan
ini sebagian disadari dan sebagian lagi atau bahkan sebagian besar tidak
disadari dan konflik yang timbul karena ada dorongan-dorongan yang saling
bertentangan.
Tujuan
dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya
masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu
menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang
dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”
(pemahaman pribadi).
b.
Pendekatan
psikologi belajar di dalam psikoterapi
Terapi
perilaku dan pengubahan perilaku atau pendekatan behavioristik dalam
psikoterapi adalah salah satu dari beberapa revolusi dalam dunia pengetahuan
psikologi, khususnya psikoterapi. Aliran ini memandang perkembangan seseorang
sebagai seorang tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan.
Timbulnya masalah perilaku karena ada sesuatu gejala didalam kepribadian
seseorang yang mempengaruhi pribadinya sehingga menimbulkan berbagai kesulitan
antara lain kesulitan untuk menyesuaikan diri, tidak bisa menerima keadaan
(baik di dalam maupun di luar dirinya). Inti dari pendekatan behavior therapy
adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan
sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Steven
Jay Lynn dan John P. Garske mengemukakan bahwa asumsi dasar dalam pendekatan
behavioristik adalah (1) memiliki konsentrasi pada proses perilaku, (2)
menekankan dimensi waktu here and now,
(3) manusia berada dalam perilaku maladaptif, (4) proses belajar merupakan cara
efektif untuk mengubah perilaku maladaptif, (5) melakukan penetapan tujuan
pengubahan perilaku, (6) menekankan nilai secara empiris dan didukung dengan
berbagai teknik dan metode.
Klien
memiliki peran aktif dalam menentukan tujuan terapi dan melakukan penilaian
bagaimana tujuan-tujuan dapat dicapai. Tujuan umum dari terapi perilaku adalah
membentuk kondisi baru untuk belajar karena melalui proses belajar dapat
mengatasi masalah yang ada. pendekatan tingkah laku dapat digunakan dalam
menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang
kompleks, baik individual maupun kelompok.
c.
Pendekatan psikologi
humanistik di dalam psikoterapi
Pendekatan
humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karena itu, dalam
terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan
saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk
mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran
dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Humanistik
memandang manusia sebagai makhluk rasional, bertujuan, otonom, kreatif, dan
mampu mencapai insight terhadap realita. Asumsi dasar humanistik (1) manusia
pada dasarnya baik, (2) manusia memiliki kehendak bebas, (3) setiap manusia itu
unik dan memiliki dorongan dasar untuk mencapai aktualisasi diri. Beberapa teknik
terapi humanistik, yaitu: Content Analysis, Rating Scale, Q-Sort Procedure.
d.
Pendekatan psikologi
kognitif di dalam psikoterapi
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan kognitif lebih fokus
pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Menurut Bandura, kognisi adalah proses
berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Berdasarkan teori kognitif, cara
berpikir menentukan bagaimana seseorang merasa dan berbuat. Tujuan dari pendekatan
kognitif adalah mengajak klien untuk menentang pikiran yang salah dengan
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang
masalah yang dihadapi. Berdasarkan pendekatan kognitif, perilaku yang
maladaptif dan kurang efektif terbentuk karena pengaruh lingkungan dan cara
berpikir yang kurang rasional dalam menyikapi diri sendiri dan lingkungan.
II.
Kasus yang bisa
ditangani dengan pendekatan di bawah ini
a.
Psikodinamik
Klien
seorang perempuan berusia 26 tahun, sering merasa cemas dan was-was setelah
kepergian figur penting dalam hidupnya yaitu ibu sehingga menimbulkan
kecurigaan bahwa orang lain akan mencelakakannya karena sudah tidak ada lagi
figur yang melindunginya. Klien sudah berkali-kali masuk ke Rumah Sakit Jiwa
karena tindakan ekstrem yang dilakukannya setelah kepergian ibunya.
b.
Behavioristik
Jesy
adalah seorang perempuan yang menderita gangguan body image, Jesy menganggap
bagian tubuhnya serba kekurangan. Gangguan body image adalah kebingungan atau
kekeliruan dalam gambaran mental seseorang terhadap fisiknya sendiri. Ia selalu
mengamati tubuh orang lain dan membandingkan tubuh orang lain dengan tubuh dirinya
serta menutupi bagian tubuh yang tidak disukai.
c.
Humanistik
Melissa
adalah siswa baru di salah satu sekolah negri ternama di Jakarta Pusat. Ketika bertemu
dengan teman-teman barunya, Melissa cenderung menghindar dari mereka karena
merasa takut dengan orang-orang yang baru ia kenal. Temannya mencoba untuk
mengajak berbicara dengan meminta nomor teleponnya tetapi Melissa malah
menghindari temannya.
d.
Kognitif
Seorang
mahasiswa memiliki pikiran negatif tentang situasi berbicara di depan umum,
maka pikiran negatif tersebut akan mempengaruhi perasaan dan perilakunya
sehubungan dengan situasi tersebut. Pikiran negatif tentang situasu berbicara
di depan umum akan menimbulkan perasaan takut atau cemas yang kemudian akan
berimbas pada perilakunya.
III. Pandangan kasus-kasus
di atas yang dianggap bisa ditangani oleh pendekatan di bawah ini
a.
Psikodinamik
Kasus
yang terjadi dapat dilakukan terapi psikoanalisa dengan pendekatan asosiasi
bebas yang bertujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan yang direpres oleh
klien pada masa lalu yang menjadi sumber masalah. Terapis dapat melakukan
teknik asosiasi bebas kepada klien agar klien bisa mengeluarkan perasaannya
yang masih mengganjal yang berasal dari masa lalu.
b.
Behavioristik
Corey
mengatakan bahwa teknik systematic desensitization merupakan teknik yang tepat
untuk terapi bagi klien yang mengalami gangguan body image. Systematic desensitization
adalah salah satu metode terapi perilaku yang biasa diterapkan untuk menangani
kasus-kasus phobia dan kecemasan. Gangguan body image dapat dikatakan sebagai
kecemasan karena si penderita merasa tidak percaya diri dengan penampilan
fisiknya. Klien akan mengkaji dirinya bagaimana citra diri negatif bisa
berkembang lalu mencatat ketidakpuasan yang dimiliki, memasuki tahap relaksasi,
membuat klien menyadari kesalahan persepsinya mengenai body image dan
meyakinkan klien bahwa persepsinya mengenai body image salah lalu mengubah
citra diri negatif menjadi citra diri positif.
c.
Humanistik
Kasus
tersebut dapat menggunakan pendekatan humanistik karena klien tersebut merasa
tidak percaya dengan orang-orang yang baru ia kenal, klien merasa tidak aman
berada di lingkungan barunya. Dalam pendektan ini, klien diminta untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri. Terapis tidak mencoba untuk mempengaruhi
klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan
berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
d.
Kognitif
Kasus kognitif
pada soal sebelumnya dapat ditangani dengan pendekatan kognitif, komponen
kognitif ditujukan untuk mengubah pikiran-pikiran salah yang menjadi penyebab
masalah.
Sumber buku:
Gunarsa,
S. D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Semiun,
Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Sumber jurnal:
Fatma,
A. & Ernawati, S. (2012). Pendektan Perilaku Kognitif dalam Pelatihan
Keterampilan Mengelola Kecemasan Berbicara di Depan Umum.
Sanyata,
S. (2012). Teori Pendekatan Behaviorsitik dalam Konseling.
Selvera,
N. R. (2013). Teknik Asosiasi Bebas dan Psikoedukasi untuk Mengenali Gejala
Penderita Skizofrenia Paranoid.
Sumber lainnya:
0 comments:
Post a Comment