A. Konsep Diri
1.
Penjabaran
Tentang Konsep Diri Saya Secara Real
Saya adalah seorang anak perempuan yang dilahirkan
20 tahun yang lalu tepatnya di Jakarta, 19 Juni 1994. Nama saya adalah Arin
Hananira, saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini saya adalah seorang
mahasiswi dari Universitas Gunadarma jurusan Psikologi.
Saya adalah orang yang bersifat introvert (tertutup)
kepada orang-orang yang ada di sekeliling saya tetapi tidak kepada keluarga
saya karena saya selalu menceritakan apa yang telah terjadi kepada diri saya.
Dengan cara seperti itu saya merasa nyaman karena keluarga saya mengetahui
apapun yang terjadi pada diri saya. Selain bersifat introvert, saya juga
termasuk salah seorang yang sangat boros atau lebih tepatnya kurang bisa memanajemen
uang yang saya miliki. Orang-orang di sekeliling saya sering mengatakan bahwa
saya adalah pendengar yang baik sehingga seringkali orang-orang yang ada di
sekeliling saya mempercayai saya untuk mendengarkan masalah yang dialami dan
terkadang memberi mereka solusi atas masalahnya.
Jika digolongkan ke dalam 4 tipe
kepribadian secara umum, saya termasuk ke dalam tipe kepribadian Plegmatis
karena saya orang yang senang dan mudah bergaul namun dalam pergaulan, saya
lebih sering diam dan berada di posisi pendengar. Dibawah ini merupakan
beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe Plegmatis yang sifatnya ada dalam
diri saya:
Kelebihan
:
a.
Tidak banyak
bicara, simpatik, peduli
b.
Penengah masalah
dan pendengar yang baik
c.
Cenderung menemukan
cara termudah
d.
Rasa humor yang
tajam
e.
Senang melihat
dan mengawasi
Kekurangan :
a.
Kurang antusias
terhadap hal baru
b.
Pemalu, pendiam,
dan sulit memotivasi diri
c.
Lebih suka
menjadi penonton daripada terlibat
d.
Cepat menyerah
bila dalam keadaan sulit
e.
Menunda-nunda
dan menggantungkan masalah
Demikianlah penjabaran
yang saya ketahui tentang diri saya, mungkin ada banyak lagi sifat-sifat yang
saya miliki namun hanya beberapa yang saya bisa nilai dari diri saya. Tentunya orang
lain bisa menilai saya berbeda dengan apa yang saya jabarkan.
B.
Kasus
Ketidaksehatan Mental
Mengapa Sondang
Bakar Diri ?
Oleh dr. Andri, SPKj
Saya terus terang kaget
ada berita tentang pendemo yang bakar diri di depan Istana Merdeka beberapa
waktu lalu. Lebih kaget lagi karena ini dilakukan oleh seorang yang secara usia
memang sudah dalam taraf disebut dewasa muda.
Usia sudah lebih dari
18 tahun secara teori sudah matang secara kepribadian walaupun pada
kenyataannya ada yang tidak demikian. Kemudian, kemarin pagi saya membaca
berita kalau mahasiswa yang belakangan diketahui bernama Sondang Hutagalung itu
telah meninggal dunia akibat luka bakar yang dideritanya. Berita duka cita ini
membuat orang semakin prihatin, betapa perjuangannya harus ditebus dengan
nyawa. Simpati dan bahkan gelar sarjana kehormatan ingin disematkan kepada
Sondang Hutagalung.
Terpicu oleh pertanyaan
salah seorang follower twitter saya @mbahndi tentang apa pendapat saya secara
kejiwaan berhubungan dengan kasus Sondang ini, maka saya tergerak untuk
menuliskan sekiranya apa yang mungkin menjadi latar belakang kondisi kasus yang
menimpa Sondang. Bukan bermaksud untuk menafikan apa yang telah dilakukan oleh
almarhum, hanya ingin melihat dari sisi kedokteran jiwa, bidang yang saya
geluti sehari-hari.
Bakar Diri Tanda
Sakit Jiwa ?
Tidak ada yang bisa
memastikan apa yang terdapat di dalam pikiran almarhum ketika melakukan aksi
nekatnya tersebut. Keluarga terutama ayah yang diwawancarai beberapa media juga
menyatakan penyesalannya akan tindakan almarhum, bahkan ayah almarhum yang
bekerja sebagai sopir taksi juga seringkali mengingatkan almarhum agar tidak
berdemo karena mengganggu lalu lintas (www.poskota.co.id tanggal 09/12/2011).
Bakar diri pernah akrab
dalam berita beberapa waktu lalu. Banyak pemuda melakukan hal tersebut karena
“kecelakaan” saat mencoba mengancam membunuh diri akibat pertengkaran dengan
kekasih. Kasus-kasus seperti ini sebenarnya lebih bisa dilihat sebagai suatu
hal yang banyak berhubungan dengan kondisi gangguan kepribadian ambang
(borderline personality disorder).
Gangguan kepribadian
ambang seringkali dianggap sebagai kondisi yang membuat penderitanya sulit
menerima penolakan dan mudah melakukan sesuatu yang berisiko berhubungan dengan
penolakan itu. Sifat pasif agresif, artinya secara ekspresi emosional bersikap
pasif tetapi agresif secara perilaku cukup erat dengan tipikal gangguan
kepribadian jenis ini. Beberapa orang dengan suatu ciri kepribadian ini sering
dikatakan siap bertindak nekat dengan alasan yang kadang tidak terlalu jelas.
Impulsif dalam artian
mudah meletup-letup juga adalah bagian dari perilaku yang dihubungkan dengan
kondisi kepribadian tipe ini. Salah satu hal yang banyak terjadi adalah
perilaku menyakiti diri sendiri yang banyak terjadi pada orang dengan gangguan
kepribadian ambang.
Jadi kalau memang
tindakan bakar diri adalah suatu tindakan impulsif dan merupakan tindakan yang
dihubungkan dengan suatu kekecewaan yang kemudian dilepaskan dalam bentuk
perilaku menyakiti diri sendiri, bisa saja hal ini diamini sebagai suatu bagian
perilaku berisiko yang dilakukan oleh individu yang mengalami gangguan
kepribadian ambang.
Sondang Kecewa
Berat ?
Kembali ke masalah
almarhum Sondang, apakah sekiranya yang menjadi faktor pemicu almarhum melakukan
tindakan yang dikatakan nekat ini? Apakah ini disebabkan karena kekecewaan
berat terhadap penguasa yang tidak dapat ditahannya sendiri dan kemudian
dimanifestasikan dengan tindakan membakar diri? Ataukan ada motif lain dari apa
yang dilakukannya?
Tidak ada yang tahu
pasti mengapa itu terjadi. Tapi setidaknya dari pikiran pribadi saya sendiri,
sebenarnya masih banyak cara lain yang lebih pas untuk mengekspresikan diri
atau menyatakan kekecewaan. Membakar diri rasanya bukan jalan yang bijaksana.
Apalagi jika dalam kehidupan sosial, almarhum adalah orang yang diharapkan
keluarga. Tetapi hidup memang pilihan bukan ?
Pendapat
:
Sejujurnya saya sangat
prihatin dengan adanya kasus ini karena hanya karena adanya aksi demonstrasi,
seorang mahasiswa nekat membakar dirinya. Memang belum ada kejelasan mengapa
seorang mahasiswa yang bernama Sondang nekat membakar dirinya karena hanya dia
yang mengetahui motif dari aksi nekatnya. Sondang Hutagalung kini telah tiada
karena luka bakar ditubuhnya.
Dalam kasus ini seorang
dokter ahli jiwa memberikan pendapatnya tentang kasus ini. Dalam kasus ini
tidak dapat dikatakan bahwa Sondang sakit jiwa dengan nekat membakar dirinya
tetapi dokter Andri mengatakan bahwa ini lebih condong kepada gangguan
kepribadian ambang atau sering disebut borderline personality disorder karena
berpotensi merusak diri.
Semoga almarhum Sondang
Hutagalung tenang di sisi-Nya, disini saya hanya memberikan pendapat saya
tenang kasus ketidaksehatan mental, tidak untuk membuka luka lama keluarga
maupun kerabat korban tentang almarhum.
0 comments:
Post a Comment